Sajak untuk Pengajar

Dan kita memaku di sini.
Menerka di balik jendela terbuka.
Berminggu-minggu sudah
Kakek usil itu tak lagi menampakkan muka.
Jasadnya terkubur, memegang erat senyum yang biasa ia tabur.
Ia pernah mengajariku tentang sederhana
Tentang dosa-dosa manusia.
Ia pernah mengajarimu pula.

Teman, ia pergi dan damai.
Sayap-sayapnya telah tumbuh sempurna.
Ia terbang bersama doa-doa
Yang kita siram di atas pusara
Segera setelah kepergiannya

Kuingat pada tahun-tahun lalu
Si kakek usil itu telah memadamkan api benci kita
Kepada deret-deret algoritma, yang pernah membakar kening-kening kita.

Si kake usil itu juga, telah memahat memoar yang melekat di punggungku, punggungmu.
Matematika itu menyenangkan!” ucapnya dulu

Kini ia tahu, ada yang lebih menyenangkan dari matematikanya.
Ada yang lebih menenangkan daripada pemecahannya; 
Migrasi dari dunia yang fana.
Ia telah lepas dari derita

Teman, kuharap kita mati dengan cara yang sama.
Dengan doa, dan Cinta.

26 tanggapan untuk “Sajak untuk Pengajar

              1. Saya sering Mas, sudah kasih semiotik ini-itu tetapi pembaca belum mampu tangkap. Ini realitas kemampuan membaca para pembaca di Indonesia, diterima sajalah. 😂

                Disukai oleh 1 orang

                1. 😮😮😮 setahu saya puisi itu memang lebih egois dari prosa kok. Kalo biasanya tulisan itu memperhatikan segmen pembaca, nah puisi mah bebas merdeka. Yang penting ikut kaidah perpuisian atau tabrak kaidah sekalian. Atau mau gaya syair Islam yang sarat dengan diksi kontemplatif 😗

                  Disukai oleh 2 orang

  1. Kini ia tahu, ada yang lebih menyenangkan dari matematikanya.
    Ada yang lebih menenangkan daripada pemecahannya;
    Migrasi dari dunia yang fana.
    Ia telah lepas dari derita.
    Dapet banget! Love this piece!

    Suka

Tinggalkan komentar