Jatuh Hati

  Dua kata ini jatuh ke pelataran rumah yang lama tak berpenghuni. Keduanya menari-nari dan dengan merdu melantunkan ‘There’s a Light That Never Goes Out‘-nya The Smiths. Seolah Morrissey benar-benar telah merasuki jiwa kita dengan nyanyiannya.

  Menatap bola matamu, mengingatkanku pada teduh yang biasa kutemui pada pagi setelah hujan reda.

  Aku suka cara kamu natap aku.” Katamu dengan senyum simpul yang hangat.

  Laju cerita kita bergerak perlahan. Tak ada yang benar-benar kita paksakan, semua berjalan begitu sederhana. Sesederhana ucapan selamat pagimu pada rerumputan basah, sesederhana angin menghembuskan dedaunan kering pada tanah merah, atau sesederhana goresanmu pada kertas putih yang kautulis nama kita di dalamnya.

  Adalah rindu yang kutemui merangkak masuk ketika jemarimu sedang teramat jauh untuk kembali mengetuk; Mencuat etalase, menyuguhkan keping-keping bayang yang merekam kita. Dan, bunga-bunga mekar di meja kepalaku.

  Putuskanlah untuk kau tinggal saja; di tempat terbaik di hatiku berada. Akan kubebaskan kau mengukir apa saja yang kau suka; Senang, sedih, gembira, atau patah hati. Sebab aku telah siap untuk patah hati kembali.

  Bukankah jatuh hati berarti maju satu petak menuju patah hati? Serta segala pertemuan akan menjumpai perpisahan, Segala suka-cita adalah penyusun air mata, yang sama-sama kita tahu, getir yang hadir, tak serta-merta akan habis dikuliti deras hujan sepanjang hari.

  Dan, sekali lagi, aku telah siap untuk menyambut patah hati yang baru lagi.

  Kepada perempuan pemilik absen ke-12, yang namanya tak pernah sanggup kusebut dengan lantang, terimakasih atas hadirmu yang serupa lampion paling terang saat gelap menahun membutakan. Terimakasih atas segala rasa-rasa yang kau ciptakan dengan damai, dengan lirih, dengan jejak-jejak halus di lingkar wajahku, yang terus memaksa lengkung tipis ini untuk mengembang.

  Terimakasih telah menjadi penyangga pada setiap kali tubuh yang acap payah ini diambang keruntuhan.

“And if a double-decker bus crashes into us,
To die by your side is such a heavenly way to die .
And if a ten-ton truck kills the both of us, to die by your side, Well, the pleasure – the privilege is mine.”

Selamat malam.




29 tanggapan untuk “Jatuh Hati

Tinggalkan komentar