Perjalanan Lintas Galaksi

  Pada akhirnya yang tersembunyi akan menampakkan diri, yang jauh akan dipertemukan, dan salah satu misteri dalam hidup ini kemarin telah terpecahkan.

  Setelah menimbang dengan baik dan bijaksana, gue memutuskan untuk mengiyakan ajakan Ziza dan teman-teman Obrolin region Jabodetabek untuk kopdar di Bekasi, tepatnya di Summarecon Mall, Sabtu, 10 Februari kemarin. 

  Kami (atau lebih tepatnya mereka) memilih jam 15:30 sebagai waktu untuk bertemu, yang artinya jam 4 lewat jika mengacu pada budaya ngaret orang Indonesia. Gue sendiri baru benar-benar keluar rumah jam 3 sore setelah terjebak hujan, yang konon hanya turun di Depok dan sebagian Bogor doang. Aneh emang. 

  Tiba di stasiun ‘Depok Baru’ jam setengah 4, gue dengan bego nungguin KRL Jatinegara yang gak dateng-dateng, yang seharusnya gue tumpangi adalah yang ke Manggarai untuk selanjutnya langsung ke Bekasi. 20 menit gue terbuang sia-sia. Sialan emang.

  Ketika sudah berada di kereta, gue tak lupa untuk mencari muka dengan melihat apakah ada orang tua, gadis cantik, atau mbak-mbak pulang kerja yang juga cantik, yang kebetulan tidak kebagian tempat duduk. Menjadi superhero dengan pujian yang berlimpah adalah cita-citaku sejak dulu. 

  Setelah melewati 18 stasiun, 2 benua, 3 asteroid raksasa, 9 planet, dan 4 tukang nasi uduk, perjalanan lintas-galaksi gue menuju Bekasi akhirnya berakhir. Dengan tampan dan bau parfum yang memudar akibat ditempel buibuk sepanjang perjalanan dari Manggarai-Bekasi, gue menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Planet ini, jam 17:10. Ngaret banget, kan? Ehe

  Jempol gue dengan lihai membuka aplikasi grab dan menyematkan Summarecon Mall sebagai destinasi yang harus abang grab dan gue tuju. 10 menit pertama gue di Bekasi terbuang percuma karena salah menuliskan Summarecon Mall yang di Serpong, bukannya yang di  Bekasi. 20 menit selanjutnya kembali terbuang setelah gue juga salah input pick point.

“Halo, mas, saya sudah di Indomaret, nih.” Katanya dengan suara yang dihalus-haluskan.

“Saya juga di Indomaret, mas. Mas yang mana, ya? Ini banyak banget grab soalnya.” 

“Saya di Indomaret ini, mas. Mas pake baju apa?” Suaranya mulai terdengar normal.

“Kemeja silver.”

“Gak ada yang pake kemeja silver. Saya di Indomaret ini, mas. Mas di mana.” Suaranya mulai meninggi.

“Saya juga di Indomaret, mas. Ini Indomaret di dunia ada berapa, sih?”

“Lah, mas di Indomaret Juanda bukan?” Dia ngebentak gue.

  Buru-buru gue lihat pintu Indomaretnya dan sadar bahwa kita berada di Indomaret yang berbeda. Jauh berbeda. Kalo sudah begini, semua akan terasa sulit. Orang tua kami pasti tidak akan merestui. Dengan berat hati, gue cancel orderan ini. 

  “Woy kampret! Gue udah sampe lu cancel, parah lo!” Begitulah kalimat yang muncul di layar handphone gue dari nomor mas grab barusan. Dan untuk menjaga keselamatan dan kelangsungan hidup banyak orang, maka dengan cekatan gue block dan hapus nomor tersebut, dan dunia akhirnya damai kembali.

  Jam 17:48, gue baru benar-benar menginjakkan kaki di SMB, dan mulai mencari letak Sunny Side Up, tempat di mana mereka berada. Setelah satu putaran penuh di lantai satu tanpa hasil, gue berinisiatif bertanya di Grup. Dea, sebagai tuan rumah warga Bekasi bilang kalo letaknya di Downtown. Dalam hati gue bertanya-tanya: “Downtown itu apaan yaolo :(“, gue bakal ketauan norak banget kalo sampe nanya “Downtown itu apa” di grup, gue bahkan sempat ngetik ‘Downtown adalah … ” di Google. Aslik norak banget. Tapi guys, wibawa itu penting untuk dijaga.

  Lalu pertolongan itu datang dari mbak-mbak SPG yang bening banget, dengan asumsi bahwa kita hanya akan ketemu sekali, gue meberanikan diri bertanya di mana letak Downtown dan ukuran sepatu, serta hari ulang tahunnya. Dan ternyata Downtown itu adalah tempat yang sama dengan tempat yang gue lalui ketika sampai di SMB. SUMPAH YA INI NGESELIN BANGET hhh.

  Setelah semua yang gue lalui, kami akhirnya dipertemukan. Pada awalnya mereka menyambut gue dengan tatapan “Siapa ini orang?” yang terlihat jelas di raut wajahnya, yang sebenarnya juga gue rasakan. Gue mendapati piring-piring kosong di meja kami yang artinya gue telah ditinggal makan. Gue membuka menu, kemudian teringat perkataan gue tadi siang setelah selesai neraktir teman makan siang sehabis futsal di cafe-cafean pinggir jalan; “Gila, mie tektek aja 19.000. Ini sih ngerampok namanya.”, lalu membandingkan dengan apa yang saat ini gue lihat. Dalam hati gue berkata: “Ini mah bukan ngerampok lagi, tapi udah percobaan pembunuhan. Gila!” 

  Sementara Line-up kopdar kemarin ada si Semut Hitam raja kopdar Fadel, Junjunganque Mas Diptra, Ziza serta temannya, dan tuan rumah Dea. Kesan pertama gue ketemu orang-orang ini agak aneh. Gue ngerasa kenal dan asing secara bersamaan. Maka hampir di sepanjang perjumpaan gue hanya bisa bengong. Walau sesekali ikut nimbrung, tapi gue berusaha tetap menahan diri agar tidak ada yang merasa malu karena telah ngajak gue kopdar. 

  Fadel adalah orang yang supel, sama seperti di Grup. Badannya tinggi besar. Beda banget kalo dibandingin sama gue yang kurus tipis, yang bakalan terbang kalo ada angin besar menerjang. Mas Diptra tampak begitu dewasa sama seperti di Grup, dan seperti biasa memberikan gue ilmu baru yang dia tahu. Beranjak ke Ziza, ini orang juga agak malu-malu kucing, mungkin dalam hatinya menyesal telah ngundang gue yang norak ini, atau sengaja mengurangi porsi bicara agar medoknya tidak keluar muehehe. Tapi dia lumayan tinggi, lho. Jauh lebih tinggi dari perkiraan. Sementara tuan rumah, kak Dea, orang yang mengaku hafal setiap sudut SMB yang gede banget itu, orangnya gak jauh beda dengan apa yang gue bayangkan sebelumnya hmmm … Cewek banget pokoknya. 

  Gue juga sedikit tertawa dalam hati mendengar suara mereka yang jauh berbeda dari bayangan. Ditemani penampilan Virgoun yang walaupun sebenarnya gue gak tahu dia ini siapa, malam kami berlangsung dengan indah dengan cuaca yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan turunnya hujan yang besar. Banyak hal yang kami bahas malam kemarin, dan beberapa kali membahas Komunitas kami, Obrolin, yang 2 bulan lagi akan berulang tahun untuk yang pertama.

  Harus gue akui kalo gue bukan orang yang pintar dalam menggambarkan orang lain. Gue gak tahu apa yang harus gue tulis setelah bertemu secara langsung dengan mereka. Yang jelas, dalam diam gue merasa nyaman. Walaupun batal nonton ‘Dilan’, tapi, Terima kasih, Obrolin.

Ps: Gue sampai di rumah jam setengah satu malam setelah nyasar di pasar dekat Stasiun akibat salah input pick point lagi dan rasa kasihan sama driver kalo sampai cancel kembali.

97 tanggapan untuk “Perjalanan Lintas Galaksi

  1. Oh jadi jelas semuanya sekarang wkwkwkwk. Jadi kang tampan ada di indomaret perjuangan ya, di pintu utara stasiun 😂

    Makasih impersonatenya, aku meleleh di malu-malu kucing, uwuwuw aku memang pemalu kok 😂
    Makasih juga kak sudah berkenan hadir di kopdar kemarin, tapi kenapa tetep aja misterius ya meskipun udah ketemu 😂

    Disukai oleh 1 orang

    1. Serius dah, beda sejam doang sama ke Bandung itu wkwk
      Makanya kalo mau buat tulisan kopdar juga, jangan lupa deskripsikan gw sebagai sosok yang cool, kalem, pokoknya keren abis dan norak.

      Suka

  2. Yuhuuu.. tulisannya sudah terbit rupanyah
    Terima kasih atas tulisan inii. Senang akhirnya kita semua berjumpa jua. Lucu khaan denger suara bloger langsung. Merasa sudah kenal dari tulisannya, eh pas ketemu rasanya tetep aja beda.

    Kok nomor sepatu sama ultah mbak beningnya nggak dicantumin :((

    Disukai oleh 2 orang

  3. Malem-malem ngakak nih 😂😂
    Perjalanan lintas galaksinya mantap, kayak nyari kitab suci, penuh rintangan. Tapi sayang Bang Hen udah menuai keki masemas Grab. 😥

    Aaak, suka baca tulisan hasil kopdar! Jadi penasaran akut sama orang-orangnya. (*kapan kubisa kopdar)

    Disukai oleh 1 orang

  4. Ping-balik: Bagian Tiga: Kopdar!

Tinggalkan komentar