Surat untuk Grab

Surat ini kutulis dengan hati lapang dan kondisi tubuh yang sedang tidak sakit-sakitan. 

Teruntuk abang-abang Grab yang selalu setia menemani perjalanan pendekku yang membosankan:

  Kamu adalah seberkas sinar yang selalu menerangi hidupku yang terkadang remang-remang.  Kamu melindungiku dengan helm yang kadang kedodoran, melaju dengan perlahan, memastikkan setiap jengkal tubuhku tetap utuh ketika sampai di tujuan. Walau dengan begitu, kamu telah merelakkan kesempatan mendapatkan konsumen lain yang bisa memberi kamu lebih dari apa yang bisa aku berikan.

  Kamu boleh saja memarahiku ketika aku dengan tega menekan tombol cancel ketika kamu sedang di pertengahan jalan untuk menjemputku dengan hati yang berkobar-kobar. Tapi tidak pernah terlintas sedikitpun dalam otak kecilku untuk beralih ke moda transportasi lain. Kamu dan beragam diskon yang kerap kamu berikan, telah memantapkan hatiku untuk memilihmu sebagai teman perjalanan.

  Tetaplah menjadi hijau dan hitam di antata kelabu dan debuku di pinggiran jalan. Kamu tidak perlu menjadi oranye atau lebih hijau lagi seperti mereka, sebab kamu adalah kamu, yang tak pernah lelah mencari bahan perbincangan di sepnjang jalan tempat kita dipersatukan. Yang selalu tersenyum dan mengucapkan terima kasih setiap kali aku memberimu ongkos yang lebih.

  Kamu adalah lentera yang tak pernah padam di saat lilin-lilin di hidupku perlahan mulai pudar.


33 tanggapan untuk “Surat untuk Grab

Tinggalkan komentar